Syi’ah
bercerita tentang keyakinan mereka mengenai Ahlusunnah
Tuhan Orang Syi’ah Beda Dengan Tuhan
Ahlusunnah
Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam
kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal
278), ((Sesungguhnya kami (kaum Syi’ah) tidak pernah bersepakat dengan mereka
(Ahlusunnah) dalam menentukan Allah, nabi maupun imam. Sebab mereka (Ahlusunnah)
mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang menunjuk Muhammad sebagai
nabi-Nya dan Abu Bakar sebagai pengganti Muhammad sesudah beliau wafat. Kami
(kaum syi’ah) tidak setuju dengan Tuhan model seperti ini, juga kami tidak
setuju dengan model nabi yang seperti itu. Sesungguhnya Tuhan yang memilih Abu
Bakar sebagai pengganti nabi-Nya, bukanlah Tuhan kami. Dan nabi model seperti
itu pun bukan nabi kami!)). Na’udzubillah dari kekufuran dan
kesesatan ini!!!
Pengertian an-Naashib Dalam ‘Kamus’ Rafidhah
An-Nawaashib
mufradnya naashib. Definisinya menurut Ahlusunnah
adalah: Orang-orang yang mengalahkan serta melaknat Ali dan keluarganya.
Sedangkan definisinya versi orang-orang Syi’ah: An-Nawashib adalah Ahlusunnah yang
mencintai Abu Bakar, Umar dan para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lainnya radhiallahu ‘anhum.
Husain Aal ‘Ushfur ad-Darraz al-Bahrany
dalam kitabnya al-Mahasin an-Nafsaniyah Fi Ajwibati al-Masail
al-Khurasaniyah (hal 147) berkata, ((Berita-berita yang bersumber
dari para imam ‘alaihis salam menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan an-Nashib adalah yang biasa dipanggil
dengan julukan Sunni)). Dia juga berkata, ((Tidak perlu lagi dipermasalahkan
bahwa yang dimaksud dengan an-Nashibah adalah
Ahlusunnah)).
Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam
kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid II, hal
306-307), ((Adapun orang Nashibi, kondisi dan hukum-hukum yang
berkaitan dengan mereka bisa dijelaskan dalam dua hal: Pertama, siapakah yang
dimaksud dengan an-Nashib yang diceritakan dalam
berbagai riwayat mereka itu lebih jahat dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi.
Yang juga mereka itu kafir dan najis menurut ijma’ para ulama imamiyah… Dan
telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa di
antara ciri khas orang-orang Nawashib adalah: mendahulukan selain
Ali atasnya)). Perkataan orang satu ini menunjukkan bahwa setiap yang
mendahulukan kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan Utsman sebelum kepemimpinan Ali
radhiallahu
‘anhu, maka dia adalah Nashibi menurut versi orang-orang
Rafidhah; padahal orang-orang Nashibi itu menurut mereka lebih jahat
dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi, bahkan dianggap kafir dan najis!!! Na’udzubillah!!
Kaum Rafidhah Menghalalkan Harta dan Nyawa
Ahlusunnah
Berkata Yusuf al-Bahrany dalam kitabnya al-Hadaaiq
an-Naadhirah Fii Ahkaam al-‘Itrah ath- Thaahirah (jilid XII, hal
323), “Sesungguhnya anggapan bahwa an-Nashib itu muslim, dan juga anggapan
bahwa agama Islam tidak membolehkan untuk mengambil harta mereka, ini semua
tidak sesuai dengan ajaran kelompok yang benar (maksudnya Syi’ah –pen) mulai
dari dahulu sampai sekarang, yang mana mereka itu mengatakan bahwa an-Nashib itu kafir dan najis serta
boleh diambil hartanya bahkan dibenarkan untuk dibunuh.”
Dalam kitab Wasail
asy-Syi’ah karangan al-Hur al-’Amily (jilid XVIII, hal 463)
disebutkan, ((Berkata Daud bin Farqad, Aku bertanya kepada Abu Abdillah ‘alaihis
salam, “Apa pendapatmu tentang an-Nashib?” Dia
menjawab, “Halal darahnya (nyawanya -pen) tapi aku
bertaqiyyah (Lihat maksud dari istilah taqiyyah di epilog dari tulisan ini
-pen). darinya. Seandainya engkau bisa membunuhnya dengan cara
meruntuhkan suatu tembok atasnya atau kamu tenggelamkan dia, supaya tidak
ketahuan bahwa kamulah pembunuhnya, maka lakukanlah!”)). Aku
bertanya lagi, “Lantas bagaimana dengan hartanya?” Dia
menjawab, “Musnahkanlah hartanya
semampumu!”)).
Dalam kitab ar-Raudhah min
al-Kafi (hal 285) disebutkan, ((Dari Abu Hamzah, Aku bertanya kepada
Abu Ja’far ‘alaihis salam, “Sebagian
kawan-kawan kami memfitnah dan menuduh yang tidak-tidak terhadap siapa saja yang
menyelisihi mereka?” Dia menjawab, “Lebih baik engkau
tinggalkan perbuatan itu! Demi Allah wahai Abu Hamzah sesungguhnya seluruh
manusia adalah anak-anak pelacur kecuali para pendukung kita!!”)).
Yang dia maksud adalah: bahwa semua manusia adalah anak-anak hasil perzinaan
kecuali orang-orang Syi’ah (Bagaimana mungkin mereka menganggap semua orang
Syi’ah suci dan bukan hasil perzinaan, padahal zina (baca: nikah mut’ah) sendiri
mereka anggap merupakan salah satu ritual ibadah yang paling utama?!!
-pen). Wa laa haula wa laa quwwata illa
billah.
Orang-Orang Rafidhah Mengkafirkan Golongan
Ahlusunnah
Al-Faidl al-Kasyany dalam kitabnya Minhaj
an-Najah (hal 48) berkata, “Barang siapa yang mengingkari keimaman salah
seorang dari mereka (yakni para imam yang dua belas) maka sesungguhnya dia itu
sama dengan orang yang mengingkari kenabian seluruh para
nabi.”
Berkata al-Maamaqaany dalam kitabnya Taudhih
al-Maqaal (jilid I, hal 208), “Kesimpulan yang dapat diambil dari
kitab-kitab, bahwa setiap yang tidak bermazhab itsna
‘asyar (syi’ah) akan diterapkan baginya hukum orang kafir dan
musyrik di akhirat.”
Dengarlah orang-orang Rawafidh yang
terang-terangan melaknat para ulama Islam seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
dan Samahah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumullah: “Ini syeikh Bin
Baz, kalian anggap dia itu syaikh?! Wahai orang-orang yang najis!, orang-orang
yang kotor!, wahai para pengikut Ibnu Taimiyyah si anjing itu! Wahai para
pengikut Bin Baz al-Munafiq si buta mata dan hati! Semoga Allah melaknat dia!!!
Semoga Allah melaknat dia!! Anjing kalian ikuti?!, kalau bukan karena kalian
binatang niscaya kalian tidak akan mengikuti binatang, babi seperti Bin
Baz!!!)). Wa laa haula wa laa quwwata illa
billah.
Keyakinan Rafidah Mengenai Al-Mahdi Yang
Dinanti-nantikan
Ahlusunnah meyakini bahwa di akhir zaman
nanti akan muncul seorang dari ahlul bait, Allah kokohkan dengannya agama Islam,
dia berkuasa tujuh tahun, memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya
dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman. Bumi menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya, langit menurunkan hujannya, harta melimpah ruah tanpa
batas.
Adapun Rafidhah, maka telah terjadi kontradiksi dalam keyakinan mereka tentang al-Mahdi; terkadang mereka mengingkari lahirnya al-Mahdi sebagaimana yang dikatakan oleh al-Kulainy dalam kitabnya Ushul al-Kafi (jilid I, hal 505), Ibnu Baabawaih al-Qummy dalam kitabnya Kamaal ad-Din Wa Tamaam an-Ni’mah (hal 51), juga al-Majlisy dalam kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid 50, hal 329), bahwa al-Mahdi tidak akan dilahirkan, sebab harta warisan ayah al-Mahdi yang bernama al-Hasan al-’Askary sudah terlanjur dibagi-bagi.
Adapun Rafidhah, maka telah terjadi kontradiksi dalam keyakinan mereka tentang al-Mahdi; terkadang mereka mengingkari lahirnya al-Mahdi sebagaimana yang dikatakan oleh al-Kulainy dalam kitabnya Ushul al-Kafi (jilid I, hal 505), Ibnu Baabawaih al-Qummy dalam kitabnya Kamaal ad-Din Wa Tamaam an-Ni’mah (hal 51), juga al-Majlisy dalam kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid 50, hal 329), bahwa al-Mahdi tidak akan dilahirkan, sebab harta warisan ayah al-Mahdi yang bernama al-Hasan al-’Askary sudah terlanjur dibagi-bagi.
Akan tetapi terkadang mereka mengatakan
bahwa al-Mahdi telah dilahirkan, akan tetapi dia masih bersembunyi di suatu
tempat yang bernama gua as-Saamuroi, dan akan muncul kelak di akhir zaman untuk
membantu Syi’ah dan membunuhi musuh-musuh mereka dari kalangan Ahlusunnah.
Agar kerancuan itu lenyap, akan kita
sebutkan perbedaan-perbedaan antara Mahdinya orang Islam dengan Mahdi yang
diklaim oleh orang Rafidhah.
Pertama, Mahdinya orang Islam bernama
Muhammad bin Abdullah, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Namanya
(al-Mahdi -pen) sama dengan namaku, dan nama bapaknya (al-Mahdi
-pen) juga sama dengan nama bapakku.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzy, serta dishahihkan oleh al-Albany dalam Misykaat al-Mashabih). Adapun
Mahdi yang diakui oleh orang Rafidhah bernama Muhammad bin al-Hasan al-‘Askary
sebagaimana yang disebutkan oleh al-Arbaly dalam kitabnya Kasyf
al-Ghummah (jilid III, hal 226).
Kedua, Mahdinya orang Islam belum
dilahirkan hingga sekarang dan dia akan dilahirkan di akhir zaman. Adapun
mahdinya orang Rafidhah sesungguhnya telah dilahirkan pada tahun 255 H. Berkata
al-Arbaly dalam kitabnya Kasyf al-Ghummah (jilid III, hal 236),
“Al-Mahdi
lahir pada malam pertengahan Sya’ban tahun 255 H, lantas tatkala berumur lima
tahun dia masuk gua as-Samuroi di Irak. Dan sekarang dia masih
hidup.” Jadi sejak tahun itu sampai hari ini mahdi khurafatnya orang
Rafidhah sudah berumur 1168 tahun!!!
Ini syaikh mereka Abdul Hamid al-Muhajir
berusaha keras untuk membuktikan adanya al-Mahdi khurafat mereka, “Manusia itu bisa
saja hidup ribuan tahun, ditambah lagi kita tidak mengetahui umur yang
disebutkan dalam Al Quran. Sedangkan umur 70 tahun, 60 tahun, 80 tahun, itu
semua umur alami. Umur itu tidak ada yang tahu panjangnya kecuali Allah. Mungkin
saja seseorang hidup seumuran Nuh. Nuh hidup 3000 tahun. Ilmu mutakhir
membuktikan bahwa tidak ada suatu hal yang menghalangi panjangnya umur
seseorang, seandainya Allah menghendaki. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal
ini, karena Allah menciptakanmu tidak hanya untuk hidup 60 tahun kemudian kamu
mati, seandainya jika memang belum ada sebab-sebab kematian. Para ilmuwan
berkata: Seandainya manusia selalu berada di atas metode ilmiah yang tepat di
dalam makannya, minumnya, pakaiannya, tidurnya dan bangunnya, niscaya dia bisa
hidup ribuan tahun!”
Ketiga, Mahdinya orang Islam dari keluarga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keturunan
al-Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu, adapun mahdi yang
diklaim oleh Rafidhah itu keturunan al-Husain bin Ali radhiallahu
‘anhu.
Keempat, Mahdinya orang Islam tinggal
selama 7 tahun, adapun Mahdi yang diklaim oleh Rafidhah tinggal selama 70 tahun.
Kelima, Mahdinya orang Islam memenuhi bumi
dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Adapun Mahdinya
orang Rafidhah, sesungguhnya dia akan membunuhi orang-orang Islam musuh-musuh
Rafidhah, bahkan dia akan menghidupkan kembali ash-Shiddiq dan al-Faaruq; Abu
Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma, kemudian menyalib
keduanya, juga mencambuk Aisyah dengan cambukan had. Sebagaimana disebutkan
dalam kitab ar-Raj’ah karangan Ahmad al-Ahsaa’iy
(hal 161).
Bahkan Mahdinya Rafidhah banyak melakukan
pembunuhan di muka bumi ini terutama orang-orang Quraisy. Sampai-sampai mereka
berkata: bahwasanya al-Mahdi akan membunuh dua pertiga dari penduduk
bumi.
Demi Allah, tidak diragukan lagi bahwa ini
adalah pekerjaan al-Masih ad-Dajjal! Bahkan dalam Bihaar
al-Anwar (jilid 52, hal 354) disebutkan, ((Telah diriwayatkan dari
Abu Ja’far ‘alaihis salam bahwa dia berkata:
Hingga kebanyakan manusia berkata: “Dia bukanlah dari keluarga Nabi Muhammad,
seandainya dia dari keluarga Muhammad, niscaya dia itu akan bersikap lemah
lembut.”)).
Keenam, Mahdinya orang Islam menegakkan
syariatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun
mahdinya yang diklaim Rafidhah dia akan menegakkan hukum keluarga Daud, bahkan
akan menyeru Allah dengan nama Ibraninya. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Ushul al-Kaafi (jilid I, hal 398).
Ketujuh, Mahdinya orang Islam Allah turunkan
dengannya hujan, lantas bumi menumbuhkan tetumbuhannya. Adapun Mahdinya Rafidhah
maka akan menghancurkan Ka’bah, Masjidil Haram, Masjid Nabawi bahkan akan
menghancurkan semua masjid (yang ada di muka bumi -pen). Sebagaimana
yang disebutkan oleh ath-Thusy dalam kitabnya al-Gharib (hal 472).
Kedelapan, Mahdinya orang Islam memerangi Yahudi
dan Nasrani, sampai agama betul-betul menjadi milik Allah semata, dan dia
beserta nabi Isa akan membunuh Dajjal. Adapun Mahdinya orang-orang Rafidhah maka
dia akan berdamai dengan orang Yahudi dan Nasrani, lantas menghalalkan darah
orang Islam dan membalas dendam terhadap mereka. Sebagaimana diterangkan
al-Majlisy dalam kitabnya Bihar al-Anwar
(jilid 52, hal 376).
Dengan demikian hilanglah
ketidakjelasan perbedaan antara dua mahdi. Dan tidak mungkin Mahdinya orang
Islam dengan Mahdinya orang Rafidhah itu satu
0 komentar:
Post a Comment