Syi’ah
bercerita tentang keyakinan mereka mengenai Al Quran
Semua umat Islam telah berijma’ bahwasanya
kitab Allah selalu terjaga dari pengubahan, penambahan ataupun pengurangan.
Ia terjaga dengan penjagaan Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr:
9)
Para ulama besar Ahlusunnah telah menegaskan bahwa barang siapa yang meyakini di dalam Al Quran terdapat tambahan atau kekurangan, maka sesungguhnya ia telah dianggap keluar dari agama Islam (murtad). Akidah ini sudah amat sangat masyhur dan mutawatir di kalangan Ahlusunnah, sampai-sampai tidak lagi dibutuhkan seseorang untuk mendatangkan dalil-dalil tentangnya. Berkata Ibnu Qudamah dalam kitab Lum’ah al-I’tiqad (hal 19), “Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat Islam, bahwa barang siapa yang mengingkari satu surat, atau satu kata, atau satu huruf dari Al Quran yang telah disepakati, maka sesungguhnya dia telah kafir.”
Syi’ah dan Keyakinan Mereka Tentang Tahrif
(distorsi, pengubahan) Al Quran
Ulama-ulama Syi’ah yang paling menonjol
yang berpendapat bahwa Al Quran telah mengalami distorsi adalah: Al-Kulainy,
al-Qummy, al-Mufid, ath-Thobarsy, al-Kaasyany, al-Jazairy, al-Majlisy,
al-’Amily, al-Khuu’iy, dan masih banyak yang lainnya.
Pertama:
Mari kita mulai dari al-Kulainy pengarang
kitab al-Kaafi, kitabnya yang paling
terpercaya di kalangan orang-orang Rafidhah. Pengarang berkata dalam jilid II,
hal 634, ((Dari Hisyam bin Salim dari Abu Abdillah ‘alaihis
salam ia berkata, “Sesungguhnya Al Quran yang dibawa Jibril kepada
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiri dari 17.000 ayat”)).
Padahal sepengetahuan kita ayat-ayat Al Quran hanya berjumlah 6.000 ayat lebih
sedikit. Riwayat kedua disebutkan dalam (jilid I, hal 228). Riwayat ketiga
disebutkan dalam (jilid I, hal 228).
Riwayat keempat disebutkan dalam jilid I,
hal 229: ((Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ia berkata, “Sesungguhnya yang
berada di tangan kami adalah mushaf Fathimah. Tahukah kalian apa itu mushaf
Fathimah?” Aku bertanya, “Apa itu mushaf Fathimah?” Ia menjawab,
“Mushaf
Fathimah tebalnya tiga kali lipat Al Quran kalian. Demi Allah tidak ada satu
huruf pun dari Al Quran kalian, disebutkan di dalam mushaf
Fathimah!”)).
Kedua:
Di antara ulama Rafidhah yang berpendapat
bahwa Al Quran telah mengalami distorsi; Ali bin Ibrahim al-Qummy yang berkata
dalam tafsirnya (jilid I, hal 36): ((Di dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala
(yang artinya): “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan
beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran:110). Berkata Abu Abdillah
kepada yang membaca ayat ini, “Umat yang terbaik, lantas membunuh amirul mukminin
Hasan dan Husain bin Ali ‘alaihima salam??” Lantas ada yang
bertanya, “Bagaimana sebenarnya ayat tersebut diturunkan
wahai putra Rasulullah?” Dia menjawab, “Sesungguhnya ayat
tersebut diturunkan: (Kalian para imam terbaik yang dilahirkan untuk
manusia)”)).
Ketiga:
Ni’matullah al-Jazairy dalam jilid II, hal
363.
Keempat:
Al-Faidl al-Kaasyaany salah seorang ahli
tafsir mereka yang tersohor dan pengarang Tafsir ash-Shafy, berkata dalam
tafsirnya (jilid I, hal 49), ((Kesimpulan yang dapat diambil dari berita-berita
ini dan riwayat-riwayat lainnya yang berasal dari ahlul bait ‘alaihis salam
bahwasanya Al Quran yang ada di hadapan kita ini tidaklah sempurna, sebagaimana
yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan
tetapi di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diturunkan
oleh Allah. Di dalamnya ada yang diubah dan banyak pula yang telah dihapus;
seperti nama Ali dari berbagai ayat, lafadz aalu (keluarga) Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, nama-nama kaum munafikin dan hal-hal lainnya.
Juga Al Quran tersebut tidak sesuai dengan susunan yang diridhoi oleh Allah dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam)).
Kelima:
Ahmad bin Manshur Ath-Thabarsy dalam
kitabnya al-Ihtijaj (jilid I, hal 55) telah
menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tatkala menceritakan kisah-kisah yang
berkenaan dengan dosa-dosa dalam Al Quran, Allah telah menyebutkan secara
terang-terangan nama para pelaku dosa tersebut. Akan tetapi para sahabat telah
menghapus nama-nama tersebut, jadilah kisah-kisah itu disebutkan tanpa nama-nama
pelakunya.
Keenam:
Berkata Muhammad bin Baqir Al Majlisy dalam
kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid 89, hal 66):
((Bab distorsi dalam ayat-ayat Al Quran, sehingga tidak sesuai lagi dengan apa
yang diturunkan oleh Allah)).
Ketujuh:
Muhammad bin Muhammad an-Nu’man yang
dijuluki al-Mufid dalam kitabnya Awaail al-
Maqaalaat (hal 91).
Kedelapan:
Abul Hasan Al ‘Aamily dalam muqaddimah
kedua dari kitab tafsirnya Mira’ah al-Anwar wa Misykaah al-Asraar
(hal 36) menyatakan, ((Ketahuilah, sesungguhnya Al Haq yang kita tidak bisa
elakkan -berdasarkan kabar-kabar yang mutawatir ini dan lainnya- bahwa Al Quran
yang ada di hadapan kita, telah diubah sepeninggal Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya orang-orang yang mendapatkan
tugas untuk menyampaikan Al Quran telah menghapus banyak kata-kata dan
ayat-ayat)).
Kesembilan:
Abul Qasim al-Khuu’iy (Ulama kontemporer
syiah) dalam kitabnya al-Bayan (hal 236).
Dengarlah Adnan al-Waa’il
yang memberikan contoh salah satu distorsi yang dialami Al Quran: ((Ketika turun
ayat (yang artinya) “Hai para rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu tentang Ali. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu
berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan
manusia.” (QS Al Maaidah: 67)).
0 komentar:
Post a Comment