Breaking News
Loading...
Tuesday 17 March 2015

Info Post
Horus, yang digambar di pusat suatu segitiga di atas penjuru Piramida Gizeh di Mesir, adalah  Matahari yang besar. Seperti halnya gambar Swastika menunjukkan bahwa itu adalah titik pusat dimana empat tangan dari Swastika bertemu atau saling menyilang. Pusat ini adalah Tuhan Yang Maha-kuasa, tak diragukan lagi, Yang keempat tangannya  digambarkan sebagai ‘putera’nya, Yang menciptakan alam semesta ini lengkap sempurna. Tetapi ada beberapa gambar, yang menunjukkan Horus sebagai orang pertama dewa-manusia. Dia adalah Matahari dan dia juga lelaki yang menunjukkan bahwa dia adalah laki­laki yang mencelupkan diri dalam warna Allah, dengan sangat khusyuk berbakti kepada-Nya. Seperti matahari sebagai cermin, demikianlah dia mewarnai dirinya dengan asma-Nya sebesar mungkin yang bisa dicapai manusia. Karena itu seluruh kerajaan Ilahi hanya satu Nabi yang dinamai Tuhan Sendiri sebagai matahari:
“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik.  dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan  sebagai matahari yang menerangi” (Q.S. 33:45-46).
Sama seperti matahari yang terbit dan semua kegelapan menyingkir, begitu juga, Nabi Suci dibangkitkan kepada kenabian, kegelapan jahiliyah menyingkir dari negeri. Sebagai ganti ‘Wadd’ dan sebagainya (banteng, lelaki, singa dan elang-rajawali), diproklamirkan: “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dan gambar­gambar dalam Egyptologi, Manusia laki-laki, Sapi, Elang dan Singa, atau Adam, Aryih, Shor dan Neshar dari Alkitab dengan benar ditafsirkan oleh Tuhan, Yang Maha-pemurah, Maha-pengasih dan Yang memiliki Hari Pembalasan, atau, dengan perkataan lain, Maha-kuasa, Maha-pengasih Bijaksana dalam kasih sayang dan Maha-adil. Ini adalah empat sifat yang paling menonjol dari Tuhan yang pada suatu saat diberikan kepada dewa dari batu tetapi sekarang direstorasi kepada Allah Yang-esa dan Maha-kuasa. Dan diproklamirkan: Ini adalah Tuhan Yang tidak berputera, dan Dia Sendiri tidak diputerakan. Dia-lah Yang Esa, tetapi ke-Esa-an-Nya tidak berarti satu dari seri bilangan. Dia bukanlah satu dari kalkulasi, karena nomor satu, dua, tiga dan seterusnya mempunyai pecahan 1/2,1/3 dan seterusnya dan sebagainya. Keesaan Tuhan ini tidak seperti kesatuan United States of America, yang terbagi terbagi dalam sejumlah states yang lebih kecil. Ke-Esa-an Tuhan menurut Islam dan orang yang rasional adalah Tuhan Yang-esa saja, tidak berputera, tak berbapak, dan tak ada ibu dari Tuhan, dan tak ada suatupun yang menyerupai-Nya yang tinggal di rumah yang cuma satu. (Q.S. Surat.112).
Sekarang tibalah pertanyaan tentang Horus sang matahari atau tuhan dari banyak bangsa di dunia. Suatu argumen yang sangat berkesan diberikan oleh Sulaiman yang agung kepada Ratu Sheba dan ini adalah peringatan yang kuat kepada Freemanson yang sangat mengagumi Sulaiman. Ya, Ratu Sheba datang mengunjungi Sulaiman. Dia adalah penyembah matahari. Karena bangsa Mesir kuno adalah penyembah matahari dan percaya bahwa matahari adalah pencipta pemelihara dan sebab pertama dari hujan dan kesuburan, maka singgasana Ratu dihias dalam penyembahan kepada matahari. Sulaiman  membuatkan baginya suatu jalanan dari kaca, dengan air mengalir di bawahnya. Ketika Ratu sampai ke jalan setapak itu dia terkejut dan gugup bagaimana caranya berjalan di situ yang mesti melewati air yang melimpah-ruah. Melihat hal ini Sulaiman berkata:
 “Sesungguhnya istana itu berlantaikan kaca yang licin” (Q.S. 27:44).
Jadi dia meyakinkannya, bahwa Tuhan itu kekuatan sesungguhnya dibalik segala bahasa simbol yang digambarkan di singgasananya.
Jadi Horus kedua, atau Ra, bukanlah pencipta alam semesta; Perancang sesungguhnya di belakang ini adalah Tuhan. Tetapi, karena dalam fenomena alam ini matahari merubah cuaca dan menurunkan hujan, cahaya, kehidupan, menjadi makhluk hidup namun sesungguhnya tunduk kepada hukum alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha-kuasa, maka, serupa dengan ini, ada satu matahari ruhani yang disebut dalam ilmu Mesir Kuno ‘Horus’. Misionaris Kristen memproklamirkan bahwa dia adalah Kristus. Kita tidak berprasangka kepada Yesus. Kaum muslim beriman kepadanya, dan mengaguminya dari lubuk hatinya. Tetapi pertanyaannya adalah: Adakah suatu klaim dalam keempat Injil bahwa Yesus sendiri mengatakan: ‘Akulah matahari alam semesta ini!’? Kata Yesus,’Akulah terang dunia’, sama dengan perkataannya yang lain,’Kamu adalah terang dunia’(Matius 5:14), dan ‘Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik’(Matius 5:16).
Dia adalah bintang timur, yang terbit di cakrawala untuk memberi kabar baik bahwa hari terang segera tiba. Bandingkan dengan Cruden’s concordance: Bintang timur, yang mendahului terbitnya matahari, diberikan sebagai rancnagan (Wahyu 2:28). Bintang sebagai  orang bijak ini adalah subyek yang banyak diwacanakan (Matius 2:2).
Matahari adalah obyek  sesembahan dan pujaan di sebagian besar dunia. Bangsa Phunisia menyembahnya dengan nama Baal, kaum Moab sebagai Shemosh, kaum Amonites dengan nama Moloch, dan Bani Israil dengan nama Baal, raja pemilik langit. Ini disembah tiga kali sehari sebagai Dewa Surya di India (1), sama dengan yang disembah kaum Majusi, sebagaimana di Mesir kuno dan di semua negeri dan agama lainnya. Ada ramalan dalam semua kitab suci, bahwa matahari yang besar akan nampak di cakrawala dunia ruhani.
“Buku Orang Mati” dari Mesir Kuno.
Suatu kitab suci kuno “Buku Orang Mati” seperti yang kita mengenalinya, tidak ditulis berbentuk aksara. Dalam studi penulisan adalah penting untuk diingat, bahwa adalah pengertian yang paling luas, ini termasuk baik tulisan ideografis maupun fonetis. Tulisan ideografis terdiri dari penggunaan lambang yang mewakili obyek yang kelihatan atau ide yang terkait dengan obyek tersebut.
Kemungkinan besar tulisan yang pertama itu benar-benar ideografis. Dalam bahasa populer maka istilah ‘menulis’ terbatas pada menulis alfabetis. Bila kita bicara mengenai tulisan Mesir kita jangan lupa bahwa dalam masalah penulisan ini berarti sesuatu yang agak berbeda dengan yang  biasa kita fahami. “Buku Orang Mati” dari  Mesir Kuno adalah lambang ideografis, arti tepat dari simbol ini sulit dimengerti.
 Perumpamaan dari bayangan khayali ini adalah: Bahwa beberapa orang dengan selera dan profesi berbeda duduk di sebuah sudut taman. Suara seekor burung mainan sampai kepada mereka. Atas hal itu seorang muslim berkata, Lihatlah di sini, bahkan burung-burung memuji Penciptanya. Mereka bernyanyi, ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’ ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’. Seorang yang lain dari kepercayaan Hindu, dia berkata: ‘Dia menyanyikan Rama, Sita, Dashrat; Rama, Sita, Dashrat. Orang ketiga, yang berkaitan dengan suatu jabatan Kristiani meng-klaim, Dia menyanyi, Matius, Lukas, Markus; Matius, Lukas, Markus. Sahabat keempat, yang menjadi pedagang besar, berteriak: tidak, dia mendendangkan, berambang, bawang, wortel; berambang, bawang, wortel. Orang kelima dari mereka yang adalah penjual rokok, dia berseru sekeras-kerasnya, Dia bersiul,’Korek-api, cerutu, rokok; korek api, cerutu, rokok.
Orang keenam yang seorang pegulat berteriak, Kalian semua salah. Dia memuji, hidup Hercules; hidup Hercules.
Seperti inilah kasus Egyptologi. Pertama dari semuanya adalah nama kitab ini. Beberapa pakar membaca namanya “PAR-M-HRU” dan menerjemahkannya PAR(datang) HRU(hari) M(dari) yakni:’Dari hari yang akan datang’. Atas hal ini Dr.Pleyte berkata: Ini salah, ini berarti ‘Memancar keluar dari hari’ dan Egyptologis Bruch Bey menerjemahkan ini ‘Kitab keluaran dari hari’. Setelah itu seorang pakar Lefedure Maspro dan Reno menafsirkannya ‘Datang memancar dari hari’. Atas hal ini James Churchward menulis dalam bukunya, “Lost Continent of Mu”(hal.108) pembacaannya seharusnya adalah “PAR-MU-HRU”, PAR(datang), HRU(matahari), Mu(yakni, Datangnya matahari Muhammad).
Saya telah memperbincangkannya panjang lebar dalam makalah ini bahwa dalam Kitab Weda, Alkitab dan kitab suci Buddhis maka silabus (kata singkatan) mistik OM, Ma-ra-natha, Emet dan Maitreya penuh mengandung ‘M’ yang Perkasa yakni Muhammad. Beberapa menyimpulkan: Ada dua ‘M’, dan yang lain mengira di sana ada tiga ‘M’ (dalam Muhammad) sesuai dengan cara penulisannya.


0 komentar:

Post a Comment